MUSIK dan IT memiliki nilai seni yang tinggi

12 Maret 2014

flashback of my life

10 juni 2013 tepat pukul 03:17 Wib, saya menulis ini. Sebuah perjalanan hidup yang sudah lama ingin saya tuliskan, tapi baru pagi ini jari-jari ini tergerak untuk menulisnya. Ibarat sebuah komputer jika terjadi Hang atau sistem gagal untuk berjalan maka solusi yang harus diambil oleh user adalah merestart komputer tersebut agar komputer melakukan pengecekan ulang pada program-program yang error dan pada program yang errornya lebih banyak maka akan terjadi pengecekan lebih lama, setelah komputer direstart maka komputer akan berjalan normal seperti biasa, dan bisa digunakan kembali untuk melakukan tugas-tugasnya seperti biasa bahkan lebih baik. Berdasarkan troubleshooting komputer tersebut saya mencoba analogikan kepada kehidupan saya, karena saya merasa kehidupan saya sekarang telah sampai kepada titik dimana telah terjadi hang pada diri saya sama seperti komputer tersebut, maka dari itu saya harus melakukan restart pada diri saya sendiri agar bisa kembali normal seperti biasa dan seharusnya menjadi lebih baik.
Bagaimana caranya saya merestart diri saya ? dari referensi yang saya temukan dari berbagai sumber, maka yang harus saya lakukan adalah menuliskan semua perjalanan hidup saya dari awal sejauh yang saya ingat sampai hari ini dimana saya menuliskan cerita ini. Dengan harapan setelah saya menuliskan semua curahan hati saya ini maka akan didapatkan sebuah kehidupan yang megarah kepada hal yang lebih positif dan menjadi lebih bermakna dari sebelum saya tuliskan cerita ini. tentunya semua ini tak luput dari izin dari ALLAH SWT, karena dialah Tuhan semesta Alam yang maha tahu apa yang terbaik untuk hambaNya.
Banyak cerita yang ingin saya tuliskan membuat saya bingung harus memulai dari mana, tapi saya harus memulainya. Baik, buruk, jelek akan saya tulis apa adanya, karena tujuan saya menulis bukan untuk mendapat pujian dari siapa pun tapi cerita ini saya tuliskan untuk diri saya sendiri, agar saya bisa keluar dari lubang hitam (black hole) yang saya yakini telah menjadi beban dan penyakit yang harus saya buang dari dalam diri saya.

I. MASA KECIL
Sejauh yang saya ingat masa kecil saya termasuk tidak jauh berbeda dengan anak-anak yang lain pada umumnya, saya memiliki satu orang kakak laki-laki dan satu orang adik perempuan. Tapi saya adalah anak yang penakut, kenapa saya bilang demikaian ? sewaktu kecil saya sangat takut bila rambut saya dipangkas, ke dokter dan ketika diphoto. Yang saya ingat pernah suatu ketika ibu saya ingin membawa saya ketukang pangkas tapi saya tidak mau karena saya takut, akhirnya orang tua saya berinisiatif untuk memangkas sendiri rambut saya ketika saya sedang tidur, ketika itu pada saat saya sedang tidur ayah saya memangkas rambut saya, saya tidak tahu karena saya sedang tidur. Tapi antara sadar dan tidak, saya merasakan rambut saya sedang dipotong, akhirnya setelah beberapa saat ayah saya memangkas rambut saya, akhirnya saya tersadar kalau rambut saya sedang dipotong, menyadari hal itu, malam itu saya menangis sejadi-jadinya, ayah saya membiarkan saja saya menangis pada malam itu, hingga akhirnya saya capek sendiri dan akhirnya tertidur dengan potongan rambut yang tidak beraturan. Keesokkan paginya saya bangun dengan potongan rabut yang sangat aneh, karena itu ayah saya menyuruh ibu saya agar membawa saya ke tukang pangkas, tapi saya tidak mau, karena saya menolak maka ibu saya bilang "nak, jika kamu mau dipangkas, maka ibu akan membelikan kamu mainan mobil-mobilan", anehnya entah apa yang saya rasakan waktu itu akhirnya saya mau dipangkas. Itu membuat saya bertanya-tanya, " kenapa ketika dibelikan mainan rasa takut saya hilang ? ", apakah dengan sebuah imbalan rasa takut itu bisa hilang ? mungkin saja bisa, tapi yang jelas saya tidak bisa mengingat lagi, apakah waktu itu saya mau dipangkas karena dibelikan mainan atau ada hal yang lain ? saya tidak ingat. Itu terjadi kira-kira usia saya berumur 3 - 4 tahun. Dan pada masa-masa itu teman saya juga sangat sedikit jauh berbeda dengan kakak laki-laki saya yang memiliki banyak teman. 

Masuk Ngaji
Tapi dari segi pelajaran saya lebih baik dan lebih tekun dari kakak saya, alasannya adalah sebelum masuk bangku sekolah, anak-anak terlebih dahulu diajarkan mengaji, mengajinya di langgar atau surau setelah sholat maghrib. Waktu itu kakak saya lebih dulu belajar mengaji ketimbang saya, alasannya adalah karena saya takut, itu yang membuat orang tua saya belum memasukkan saya untuk mengaji, padahal anak-anak yang lain yang seusia saya sudah mengaji semua. Hingga suatu ketika bibik saya, adik paling kecil dari ayah saya datang kerumah kami, waktu itu bibik saya tidak tahu jika saya belum mengaji, tapi setelah ngobrol-ngobrol dengan ibu saya akhirnya dia tahu jika saya belum mengaji. Saat itu juga malam setelah sholat maghrib dia antarkan saya ke langgar atau surau untuk masuk ngaji, karena suraunya tidak jauh dari rumah kami pun hanya berjalan kaki saja. Apa yang saya rasakan waktu itu adalah rasa takut, " bagai mana nanti disana ? apa yang akan terjadi ? apa yang akan dikatakan guru ngaji kepada saya ? bagaimana jika dia bertanya ? sementara saya belum tahu apa-apa tentang mengaji ?" pertanyaan itu muncul dan berputar-putar di otak saya, ingin saya kembali saja kerumah rasanya, tapi tidak mungkin karena tangan saya di pegang oleh bibik saya dengan kuat sehingga saya memutuskan untuk mengikut saja. Sesampainya di surau anak-anak sedang mengaji dengan tenang, walau banyak juga yang ribut, saya melihat ada kakak saya disitu dan teman-teman yang lain, tatapan mereka menuju ke arah kami termasuk guru ngaji, lalu bibik saya menemui guru ngaji itu dan mengatakan bahwa ingin mengantarkan saya untuk belajar mengaji. Kemudian bibik saya pulang dan saya disuruh duduk oleh guru ngaji saya, dia buka buku Iqra' dan menyuruh saya mengikuti kata-katanya, dimulai dengan Bissmillaahir rohmaanir rohim lalu memulai pengenalan huruf-huruf arab. 
Keesokan harinya karena saya lebih betah dirumah dari pada bermain, akhirnya saya buka Iqra' dan mencoba mempelajari apa yang saya dapatkan kemarin malam, singkat cerita, dibimbing oleh orang tua dan guru ngaji saya, dalam proses belajar mengaji saya termasuk cepat, saya bersyukur kepada Allah SWT, karena berkat petunjukNya dalam waktu satu bulan saya selesaikan Iqra', bukan karena saya sudah baca semuanya tapi karena saya sudah dianggap mengerti sehingga saya mendapat akselerasi dan langsung naik untuk membaca Kitab suci Al-Quran, melewati kakak saya dan teman-teman yang lain yang sudah mengaji sekitar 4 sampai 5 bulan.
Pada umur saya sudah 6 tahun saya harus sekolah, sama seperti anak-anak yang lain. Saya langsung masuk SD karena orang tua saya tidak memasukkan saya TK. Semua sudah dipersiapkan mulai dari buku-buku, pakaian, sepatu dan lainnya. Menjelang ajaran baru dimulai semua baik-baik saja, hingga hari pertama masuk sekolah, kekonyolan terjadi, yang jika saya ingat-ingat lagi waktu itu membuat saya tertawa dan malu sendiri hahahaha, yang terjadi pada waktu itu adalah saya lari karena tidak mau masuk sekolah, saya lari ke belakang rumah, kesemak-semak hingga ibu dan ayah saya panik mencari, akhirnya mereka menemukan saya, yang sedang sembunyi dibalik semak ilalang. Apa alasan yang saya berikan pada ibu saya waktu itu ? ya.. benar, "takut !". Semua persiapan sia-sia, saya gagal sekolah, akhirnya saya masuk sekolah tahun ajaran berikutnya, Huft, memalukan !. 

Masa SD
Akhirnya saya masuk SD pada umur 7 tahun, nama sekolah saya adalah SDN. No. 055852 sapta marga Selayang. Di kampung saya ada dua SD, yang satu lagi adalah SD inpres tapi orangtua saya memilih  SD negri karena abang saya juga sekolah disana.  Kali ini rasa takut sudah hilang. Hari pertama masuk sekolah saya tidak diantar oleh orang tua saya, saya pergi bersama abang saya dan bersama anak-anak yang lain, jarak rumah dan sekolah kami cukup jauh tapi karena kami belum memiliki sepeda jadi kami berangkat sekolah dengan berjalan kaki. Sesampainya disekolah saya diantar abang saya ke ruangan kelas karena dia juga harus masuk kelas akhirnya dia langsung pergi. Saya masuk ruangan dan didalam tidak ada orang, lalu saya duduk di bangku paling depan. Sekitar 15 menit menunggu, tak ada murid-murid maupun guru yang datang, saya mulai cemas dan bertanya dalam hati, " apakah saya salah masuk kelas ? atau ini belum waktunya masuk ? ". Tapi saya tidak berinisiatif mencari tahu dan saya putuskan untuk tetap menunggu saja didalam ruangan. Hingga tidak lama berselang seorang wanita paruh baya dengan tubuh gemuk dan wajah lumayan seram masuk kedalam ruangan, dia menatap saya sontak jantung saya berdebar kencang, mungkin dalam fikiran saya waktu itu " wanita ini kok seram kali ya ? jangan-jangan dia makan orang ? " mungkin saya Seuzon waktu itu. Lalu dia bertanya  "kamu anak kelas satu ya ?", "iya buk", sambil tersenyum dia berkata : "sekarang kamu boleh pulang dan besok datang lagi ya.". ternyata ibu guru ini cukup ramah dan tanpa berlama-lama saya langsung ambil tas kemudian keluar dan pulang menuju rumah. Sekolah saya memiliki tanah lapang yang cukup luas saya berjalan melewati tanah lapang itu dan sampai ke jalan umum, simpang pekan itu adalah nama terminal angkot di kampung saya, dan sekolah saya melewati terminal tersebut.
Hari kedua, saya masuk sekolah dengan semangat, ternyata hari itu murid-murid sudah pada datang semua, suasana kelas menjadi ramai. Orang pertama yang saya kenal disekolah adalah Wiwi Anton, bapaknya china dan ibunya batak. Hari-hari berlalu dengan indah, hingga pada suatu ketika, saat saya sedang berlari-lari pada jam istirahat bersama teman saya si wiwi itu, tak sengaja saya menabrak seorang wanita tidak berseragam sekolah seumuran saya , kami berdua terjatuh, tapi tidak sampai terluka karena kami terjatuh dirumput, saya lihat dia sedang terduduk dirumput lalu saya bangunkan dan dengan rasa sangat bersalah saya meminta maaf mengatakan bahwa saya tidak sengaja, lalu dia lihat saya dan kemudian pergi tanpa ada berkata-kata, mungkin dia marah waktu itu. Tapi saya juga tidak begitu memikirkan itu dan saya pun kembali bermain bersama teman-teman yang lain. Hingga beberapa hari kemudian, saya melihat lagi anak wanita yang saya tabrak waktu itu, kali ini dia memakai seragam putih merah, ternyata dia anak ibu kepala sekolah dan ingin masuk dikelas kami. Pada jam istirahat saya temui dia dan bertanya siapa namanya, namanya adalah dedeq dan rupanya dia masih ingat dengan saya karena kejadian waktu itu. Kami mengobrol panjang dan kemudian menjadi akrab. Hari demi hari berlalu dengan dibarengi candaan dengan teman-teman termasuk dengan dedeq, pernah suatu ketika bercanda saya kelewatan kepada dedeq, yang saya lakukan adalah menarik rok nya sampai melorot karena waktu itu lagi musim melorot-melorotkan celana, haha ada-ada saja, tapi langsung saja di menangis dan mengatakan kepada saya "Jahat !!!", saya terkejut dan tidak menyangka kejadiannya seperti ini, sambil menangis dia mengadu kepada ibu guru, lalu saya dipanggil ibu guru, dan saya dihukum berdiri didepan kelas. Dari depan kelas saya melihat dia dengan tatapan penuh maaf tapi di selalu membuang muka, sepertinya dia benar-benar marah.
Setelah kejadian itu saya merasakan yang sering orang sebut dengan cinta monyet, ini pertama kali saya merasakan sesuatu yang beda terhadap lawan jenis, saya kepikiran dia terus, selalu ingin melihatnya terus sampai-sampai terbawa mimpi, tapi saya artikan ini adalah hanya sebuah perasaan labil dari seorang anak kelas satu SD, hehehehe .. :
Singkat cerita pembagian raport kenaikan kelas tiba, saya mendapat rangking  3, sedangkan dia ranking pertama, saya ucapkan selamat kepadanya, sambil tersenyum dia mengatakan "makasih ya : " , sepertinya dia tidak lagi marah dengan saya. Tapi sayangnya ketika masuk ajaran baru dan saya masuk dikelas dua ternyata dia tidak lagi masuk di kelas kami, saya mencarinya dan saya temukan dia dikelas tiga, saya bertanya " kenapa kamu berada dikelas tiga ? ", " aku di akselerasi dan masuk dikelas tiga ", jawabnya. Sejak saat itu kami tak lagi akrab dia sibuk dikelasnya dan saya pun demikian. Dikelas dua saya mendapat rangking dua dan dikelas tiga saya mendapatkan rangking pertama. Kelas empat, lima dan enam saya hanya mampu berada diperingkat tiga dan empat.
Cerita yang ingin saya tuliskan berikutnya adalah ketika saya berada di kelas empat, tapi mata saya sudah sangat mengantuk, saya akan lanjutkan lagi esok ...
Dikelas empat saya menemukan alur kehidupan berbeda seperti yang sudah-sudah, ada seorang anak yang bandalnya bukan main namanya timbul, sangking bandalnya, yang seharusnya dia sudah ada dikelas enam tapi sekarang masih berada dikelas empat. Konyolnya saya malah bertemam akrab dengan dia, disini saya mulai saya mulai terpengaruh pergaulan yang kurak baik. Saya sering cabut sekolah dan mulai belajar merokok. karena si timbul itulah awal mulanya saya tahu dengan rokok. Mbul mbul, dia adalah kepala geng dikelas dan pada saat dikelas 6 dia sudah menjadi kepala geng paling ditakuti di sekolah dan konyolnya saya malah ikut-ikutan jadi sahabatnya, hilanglah sudah harapan predikat murid teladan.
Mulai dari situ nilai pelajaran saya menurun, sampai-sampai mengerjakan PR pun sudah sangat jarang. Dan itu berlanjut sampai tamat SD.

Masa SMA
Saya SMA di SMU TamanSiswa Binjai, sekolah yang terkenal dengan taurannya tapi banyak prestasi dibidang  olah raga. Banyak hal baru yang saya temukan disini, mulai dari teman baru sampai kegiatan baru saya dapatkan disini. Dikelas saya bertemu dengan seorang tinggi jangkung namanya felix dia orang nias, kami berkenalan dan akhirnya kami duduk semeja, ngobrol-ngobrol dan ternyata dia seorang drummer, karena saya juga suka music, akhirnya kami banyak ngobrol tentang band favorit masing-masing. pantera, dream theater, metalica, gun'n roses, Europe, dia bilang itu band yang dia suka, " wah itu musiknya kan sulit semua, apa kamu bisa maininnya ?" dia bilang : " bisa, tapi intro nya doangナ hehehe ", ah.. ternyata. Lalu dia Tanya ke saya " apa kamu bisa main musik ?" saya bilang "saya bisa main gitar tapi sedikit", lalu dia mengajak "bagai mana kalau kita bentuk band ?", lalu saya bilang "kita kan Cuma bedua, bagai mana bias bentuk band ?", ya kita cari personil yang lain, katanya. Ternyata di kelas kami banyak anak bandnya, ada indra dia seorang gitaris, ada roni dia juga drumer tapi bisa  main gitar. Akhirnya kami susun formasi, felix sebagai drumer, indra sebagai lead gitar, roni sebagai gitar ritim, dan saya kebagian main bass. Yang kurang tinggal vocal, ada cewek di kelas kami yang bergaya sedikit tombai, suaranya juga lumayan, kami berencana merekrut dia jadi vokalis, tapi felix bilang " jangan cewek la, ribet kalo cewek, dandannya aja bisa berjam jam, belum lagi kalo ngambek, ngebujuknya susah", pakat demi pakat akhirnya kami setuju nggak ada personil cewek di band. Sementara mencari vokalis kami latihan hanya berempat. Sepulang sekolah kegiatan kami cuma rental studio band, main sesukanya dengan lagu-lagu yang bisa kami cerna. Tak jarang kami minta duit ke temen-temen satu kelas buat rental studio, kami bilang ke mereka " kami kan latihan biar jago mainnya, nanti kalo menang festival kan kelas ini juga yang bangga" salah satu siswi bilang "iya lahナ terserah apa kata kelen aja".
Di akhir-akhir kenaikkan kelas, bertepatan hari ulang tahun sekolah kami di adakanlah festival band pelajar sekota binjai yang diadakan di sekolah kami. Kami berencana ikut karena sudah hampir setahun kami bentuk band tapi belum sekali pun ikut festival, jadi kami berfikir kali ini harus nampil. Tapi beberapa bulan sebelum ini, indra gitaris kami suka sama seorang cewek satu sekolah tapi beda kelas, sepertinya dia tergila-gila sama ni cewek, dia cerita ke kami gimana caranya dapat itu cewek, dia Tanya saya, saya bingung mau bilang apa, masalahnya saya gak pengalaman masalah ginian, dari kecil sampai masa SMA yang saya anggap sebagai pacar cuma satu, jadi saya pacaran baru sekali. Itu di masa saya SMP, seorang wanita imut berparas cantik tapi tak setia, itu sebutan saya kepadanya. tapi saya tidak menceritakan kisah itu disini. Jadi saya bilang ke indra "Tanya yang lain aja aku nggak tahu caranya gimana".
Akhirnya singkat cerita indra jadian sama cewek itu, kami turut senang. Tapi ternyata cewek itu over protektifnya luar biasa sama si indra, dia larang indra buat ikut festival itu, dan karena indra mungkin dah cinta mati sama itu cewek, ya dia gak bilang bilang apa-apa. Kacau jadinya, kalau indra gak ikut kami gak bisa main, soalnya dia lead gitarnya. Tak dapat solusi akhirnya kami putuskan band bubar. Ulang tahun sekolah masih ada tiga minggu lagi, felix temui saya, dia bilang kalau dia sangat ingin ikut festival itu, saya bilang "band kita udah bubar, gimana mau ikut lix.", lalu dia bilang punya sepupu di SMA-1, dan teman sepupunya itu seorang gitaris, kita bisa ajak dia, katanya. Terus vocal dan ritim siapa ?, " loe yg main ritim, roni yang jadi vocal, temannya sepupu gw ada yg bisa main bass". Oke, saya bilang, kapan kita bisa ketemu teman sepupumu itu ? "hari ini pulang sekolah kita ke SMU-1", oke kalo gitu.
Pulang sekolah saya dan felix pergi ke SMU-1, roni kebetulan nggak bisa ikut. Kami bertemu dengan sepupunya felix, dan berkenalan dengan temannya itu, namanya eli, rambut keriting brokoli asal-asalan, sesuai dengan gaya anak band. Lalu kami ceritakan ingin membentuk band untuk ikut festival. Dia setuju, kami langsung ngejam saat itu juga untuk melihat permainan gitarnya. Saat melihat dia memainkan gitar, sontak saya terkagum-kagum melihat permainan gitarnya. Saat jari-jarinya menari dengan lincahnya di antara senar-senar gitar itu, itu adalah awal dimana saya tertarik untuk memperdalam permainan gitar saya. Dialah yang menginspirasi saya bermain gitar setelah ayah saya.
Setelah band terbentuk, kami cari lagu yang cocok untuk dibawakan. Runding demi runding akhirnya kami sepakati bawa lagu 'orkes sakit hati by : slank' tapi dengan aransemen kami sendiri, lagu itu kami rubah menjadi bergaya rock n roll bercampur blues dengan melodi gitar disana sini, karena yang menonjol disini adalah eli dengan permainan gitarnya yang mumpuni. Dua minggu kami selesai mengarap lagu itu dan  udah siap untuk mengikuti festival. Band kami namai dengan 'slek' felix yang usul nama itu, nggak tahu apa artinya, mungkin karena kami bawain lagunya slank, mungkin, kami ingkut aja waktu itu tanpa banyak tanya karena besok adalah hari H. formasi slek waktu itu adalah : (Dedi : gitar ritim, Eli : lead gitar, Felix : drumer, teman eli (lupa namanya) : bass, Roni : vocal). 
Keesokan harinya tibalah hari yang ditunggu, karena nomor pendaftaran kami sekitar no 30an, jadi kami masih sempat latihan sekali lagi pagi itu, setelah latihan kami langsung ke tempat acara, bukan main ramainya karena ini festival antar sekolah sekota binjai jadi yang hadir banyak sekali. Saat peserta sebelum kami dipanggil, kami sudah disuruh siap-siap dibelakang panggung, Selesai mereka main, lalu band kami dipanggil, sempat nervous tapi Alhamdulillah hanya di awal aja, selanjutnya kami bisa menguasai keadaan. Kata mereka-mereka main kami bagus tapi sayangnya kami gak dapat juara.

Masa Sulit
Tahun ajaran baru dimulai, hari pertama saya masuk dikelas dua, banyak yang berubah, karena sistem disekolah saya pemilihan kelas diacak berdasarkan hasil nilai. Saya masuk dikelas II-2, sementara teman-teman yang lain ada yang masuk II-8, II-4, II-1, dll. Sementara felix sudah tidak sekolah disini lagi, awalnya saya tidak tahu kalau dia sudah keluar dari sekolah, lalu saya bersama teman saya andhika datang kerumahnya untuk mencari tahu, dia tinggal dengan keluarga sepupunya di binjai, sampai dirumahnya kami bertemu dengan ronis sepupunya, lalu saya Tanya kenapa felix keluar dari sekolah, dia bilang " felix balik ke nias, orang tuanya suruh dia balik kesana". Dia bilang begitu, tetapi enggan menjelaskan kenapa orang tuanya menyuruhnya balik ke nias, kami pun tidak mau mendesak untuk dia menjawab, mungkin ada masalah keluarga yang tidak boleh orang lain tahu. Setelah itu kami pun pamit untuk untuk pulang, karena hari sudah hampir sore. 
Hari-hari berlalu, sampai saya berkeinginan untuk mempelajari permainan gitar lebih jauh,  akhirnya saya berniat untuk kursus gitar, teman saya sewaktu dikelas satu dulu, swandana namanya, di dekat rumahnya ada studio band yang sekalian membuka kursus musik. Akhirnya kami berdua pergi kesana untuk menanyakannya. Nama studio itu "bata studio". Sampai disana kami bertemu dengan pemilik studionya, saya lupa siapa namanya tapi saya ingat instruktur yang mengajari saya, namanya bang budi. Lalu saya Tanya syarat-syaratnya, abang itu bilang, " syaratnya kamu harus punya kemauan, dan giat latihan, terus bayar uang kursus Rp. 50.000/bulan, dibayar dimuka, jam latihannya 4 kali dalam sebulan, harinya kamu yang pilih". Lalu saya katakana kepadanya, baiklah bang, saya bicarakan dulu kepada orangtua saya, nanti saya kembali lagi kesini. Lalu kami pun pergi, karena swandana rumahnya dekat situ, dia ajak saya untuk mampir kerumahnya, tapi saya bilang "tidak usah, hari sudah mau sore", dia bilang "ya sudah kalau begitu", kami pun berpisah didepan studio, dia berjalan kearah rumahnya, saya kedepan untuk mencari angkot. Rumah saya cukup jauh dari sekolah, jika naik angkot butuh waktu hampir satu jam untuk menuju rumah.
Sampai dirumah saya bilang ke ibu saya dengan keinginan itu, dan karena rumah jauh dari sekolah dan tempat kursus, saya juga bilang ingin kos saja. Karena ini juga menyangkut penambahan biaya, jadi ibu saya bilang untuk membicarakannya kepada ayah saya. Keluarga kami adalah keluarga sederhana, ibu saya hanya seorang ibu rumah tangga, untuk membantu perekonomian keluarga ibu membuat atap dari rumbia milik tetangga yang di upahkan ke ibu saya, perkepingnya atap upahnya 150 rupiah, satu hari ibu saya bisa menyelesaikan 100 keping atap. Sedangkan ayah saya adalah seorang penjahit pakaian, dan kami memiliki beberapa rante kebun sawit dibelakang rumah pemberian dari kakek saya. Karena kesederhanaan itu dan juga saat itu adik saya juga sedang dalam masa sekolah membuat ayah saya menyerahkan biaya sekolah saya kepada bibik saya, sementara putra sudah tamat sekolah dan pergi kepekanbaru tinggal bersama adik ayah saya yang paling kecil. Biaya sekolah saya semasa SMA dibiayai oleh bibik saya. Ibu sebenarnya tidak setuju karena menurut dia masih sanggup untuk membiayai saya, karena putra sudah selesai sekolah, tapi ayah saya membiarkan saja itu semua. Pernah terfikir dalam hati, " kenapa saya yang harus diserahkan ?".
Lalu saya mendatangi ayah, dan bilang tentang rencana kursus dan kos itu. Saya tidak begitu akrab dengan ayah, hanya hal yang betul-betul penting yang membuat saya berkomunikasi dengan dia, selebihnya saya hanya cerita ke ibu. Mendengar itu semua, dia sarankan untuk mengatakan semua itu ke pada kakek saya (bapak ayah saya), dia bilang jahitan lagi sepi jadi tidak cukup uang untuk memenuhi itu semua, saya bisa mengerti dan akhirnya saya ke rumah kakek. Rumah kami dan rumah kakek bersebelahan dan kakek saya kebun sawitnya cukup luas itu sebabnya ayah suruh saya minta ke kakek. Lalu saya temui kakek saya, sebelum saya cerita terlebih dahulu saya urut-urut kaki dan pundaknya biar hatinya senang dan bersikap lebih lembut, karena kakek saya ini seorang veteran dia gak suka yang bertele-tele, sekali tidak ya tidak, kira-kira begitu. Setelah selesai mengurut lalu saya cerita semua tentang keinginan saya itu, kakek berfikir sejenak, mungkin dia terfikir ayah saya yang dulunya juga hobinya bermain musik sempat manggung juga dari kampung ke kampung tapi toh akhirnya jadi tukang jahit. Tak lama dia berfikir, dia Tanya " berapa biaya kau kursus itu ?", saya bilang "50 ribu bolang", (bolang adalah panggilan untuk kakek di dalam suku karo), "terus berapa uang kosmu ?", saya bilang saya belum tahu berapa, lalu dia berfikir lagi, setelah berfikir dia katakana ke saya, " baiklah bolang biayai uang kursusmu, tapi uang kos minta sama ayahmu ya". Sedikit ada rasa kecewa memang mendengarnya tapi saya bersyukur setidaknya biaya kursus sudah dapat solusinya. Tinggal uang kos yang belum ada solusinya.
Keesokkan harinya sepulang sekolah saya mencari tempat kos untuk mengetahui berapa biaya kos per bulannya, kebetulan teman saya satu kelas ada mempunyai bude yang mempunyai kamar kosong dirumahnya yang disewakan. Lalu kami pergi kerumahnya, setelah bertemu dan bertanya kepada budenya, dapatlah informasi berapa biaya kos disitu, biayanya 140 ribu sudah termasuk makan. Tapi bude itu bilang " ya makannya gak bisa milih, apa yang kami makan itulah yang kamu makan", saya bilang, tidak apa-apa bude yang penting ada yang dimakan. Sepulang dari situ saya berfikir, ibu saya kasih saya uang Rp.5000/hari, saya dapat uang jajan 5 ribu satu hari, ongkos saya naik angkot PP Rp.3000, jadi sisa dua ribu, biasanya jajan saya itu saya belikan lontong pas jam istirahat, harganya seribu lima ratus, dan sisanya lima ratus saya belikan sebatang rokok, biasanya begitu setiap harinya. Jadi akhirnya saya dapatkan solusinya uang jajan saya itu saja yang dipakai buat bayar kos, kan biaya kos yang seratus empat puluh ribu itu sudah termasuk makan, jadi saya gak perlu mikirin makan lagi. Saya pun pulang dan membicarakan ini kepada ibu saya, setelah mendengar itu semua dia pun setuju saya kos, begitu juga dengan ayah saya.  Pada hari minggu kemudian, saya kemas semua barang-barang saya, dengan satu koper pakaian dan sebuah gitar pembelian kakek saya, saya pamit ke orang tua. Ibu saya bilang "jaga diri baik-baik, jangan lupa shalat kamu!", iya mak.
Disini saya harus lebih mandiri, karena semua harus sendiri, ibu saya kasi saya uang 200 ribu, saya bayarkan kos setarus empat puluh ribu, sisanya 60ribu ditambah 50 ribu uang kurus yang diberi bolang saya, jumlahnya menjadi Rp. 110.000. disini saya harus benar-benar menghemat, karena tempat kursus dan sekolah jaraknya sekitar  5 km, kalau jalan kaki kejauhan, jadi saya naik angkot, ongkosnya lima ratus. Kalau jarak kos dengan sekolah dekat, jalan kaki saja sudah bisa. Ternyata sisa uang sepuluh ribu yang saya dapat dari orangtua saya itu tidak cukup, orangtua kasih saya uang 150 ribu/bulan, bayar kos 140ribu sisa 10ribu, ternyata itu tidak cukup, banyak biaya lain yang harus dibayar, dari beli sabun, belum lagi untuk fotocopy tugas-tugas sekolah, biaya angkot ke tempat kursus, dll. Saya tidak mau bilang ke orangtua karena saya tidak mau membebani mereka. Akhirnya saya kerja di cucian motor dan kadang bantu bapak kos untuk ngurus ayam-ayamnya, suami bude kos tempat saya kos punya ternak ayam kampung, jadi saya kadang membantu dia buat ngasih makan ayam dan kadang ikut menjualnya ke pasar, dari situ saya dapat uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan. 
Di sekolah saya juga membentuk band baru, karena personil band saya yang lama sudah tidak ada satu kelas lagi, felix sudah balik ke nias, dan eli gitaris kami dulu yang sekaligus mengimpirasi saya buat main gitar sudah tamat sekolah dan pergi ke bandung ke tempat orang tuanya. Akhirnya saya bentuk band baru yang personilnya satu kelas semua, kecuali drumernya, drumer kami waktu itu masih SMP, tapi mainnya bagus. Saya sudah megang lead gitar waktu itu, kursus membuat saya sudah pandai mencari melodi dari lagu dan sedikit-sedikit sudah bisa mengaransemennya sendiri. Nama band kami waktu itu adalah "Hustle". Banyak juga festival yang kami ikuti, mulai dari festival akustik sampai hard rock yang menjadi aliran yang banyak di anut anak-anak di kota binjai sampai medan. Tapi sayangnya kami tak pernah dapat juara satu, hanya pernah dapat juara tiga itu pun sekali.
Hari-hari saya lalui dengan ngeband,kerja,kursus dan sekolah, hingga pada pertengahan dikelas 2 ibu saya sakit. Ibu sakit asam lambung, maag kronis. Ibu saya termasuk orang yang susah makan, dia sering telat makan. Ternyata itu akhirnya membuat dia terkena penyakit asam lambung. Saya minta izin libur sekolah selama 3 hari, saya pun pulang kerumah untuk menjaga ibu saya, abang saya putra sudah dipekanbaru waktu itu, saat itu tidak dibawa kerumah sakit hanya menggunakan obat kampung, saya ingat dulu tetangga menyuruh minum perasan air induk kunyit, setelah beberapa hari minum itu keadaan ibu lebih baik, saya pun kembali sekolah tapi masih belum kembali kos karena masih harus menjaga ibu saya. Setelah kira-kira 2 minggu saya dirumah, akhirnya saya kembali ke kos, tetapi beberapa hari kemudian ternyata keadaan ibu saya kembali memburuk, bahkan lebih parah, kakinya lumpuh tidak bisa lagi digerakkan, akhirnya keluarga membawa ibu kerumah sakit, dokter bilang kaki ibu saya lumpuh karena akibat dari obat yang terlalu banyak dikonsumsi, selain minum obat kampung ibu juga minum obat dari dokter selama sakit sebelumnya. Sedih hati ini melihat keadaannya, air mata pun tak sanggup tertahan, tak henti-henti saya berdoa setelah shalat agar Allah memberikan kesembuhan kepada ibu saya. Tak jarang dia merintih kesakitan menahan sakit perut yang luar biasa, sampai dia mengatakan "mamak gak sanggup lagi nak, sakit sekali rasanya", saya bilang, sabar mak, mamak pasti sembuh, lalu saya dan keluarga membacakan surat yasin secara bergantian. Dokter berikan obat penghilang rasa sakit, itu membuat ibu saya lebih baik, tapi setelah itu dia kembali kesakitan lagi, kadang dia ingin memukul-mukul perutnya tapi kami tahan.
Di kampung saya rasa kekeluargaan sangat kental, hingga bila ada yang sakit semua menjenguk, begitu juga dengan ibu saya, mereka tetangga-tetangga dikampung datang kerumah sakit untuk menjenguk. Ketika dirumah sakit ada seorang tetangga saya yang membawa perasan induk kunyit, dia meyuruh ibu saya meminumnnya, dia bilang "coba minum ini buk, insyaallah bisa lebih baik". Ibu pun meminumnya. Subhanallah mujizat Allah terjadi, keesokkan harinya keadaan ibu saya jauh lebih baik, perutnya tidak sakit lagi, dan kakinya sudah bisa digerakkan tetapi belum bisa dibawa berjalan, delapan hari ibu saya dirumah sakit akhirnya sudah bisa pulang. Tapi jika berjalan masih harus dipapah karena kakinya belum sembuh betul. Setelah semua administrasi diselesaikan, kami pun pulang ke rumah, andung (nenek dari ibu saya) ikut kerumah untuk menjaga ibu. Sampai dirumah ibu pun langsung dibaringkan di tempat tidur, tapi dia bilang ingin mandi, akhirnya kami memapahnya kekamar mandi, dan andung saya memandikannya.  Setelah itu barulah ibu saya istirahat.
Karena ibu sudah membaik dan andung pun ada dirumah untuk menjaga, akhirnya saya disuruh balik ke kos karena pakaian dan buku-buku sekolah semua ada disana, saya salam ibu saya dan pamit kembali ke kos.
Besok paginya saya berangkat sekolah, bertemu dengan teman-teman di kelas, mereka bertanya kabar ibu saya, saya bilang "sudah mulai baikkan", seorang teman cewek dikelas bilang, "Alhamdulillah ya ded, kemarin aku sempat takut juga pas kamu bilang ibumu kena asam lambung, karena dulu tante aku juga kena asam lambung dan penyakit itu yang menyebabkan dia meninggal". Sontak saya kaget mendengarnya, tapi saya coba menenangkan diri, dan bilang ke dia " alhamdulillah, ibu saya sudah mulai sehat sekarang", "syukurlah ded, mudah-mudahan ibumu cepat pulih kembali ya", aamiin, makasih cut. Saya akhiri percakapan dengannya.
Arif bassis band kami menghampiri saya, dan bilang : "gimana jadi kita ikut festival ?", beberapa waktu yang lalu kami ada niat mau ikut festival, karena ibu saya sakit jadi saya bilang ke mereka kalau saya tidak bisa janji. Tapi karena ibu saya sudah membaik keadaannya, akhirnya saya bilang kemereka, kalau saya setuju untuk ikut festival. Akhirnya sepulang sekolah kami langsung latihan sebab festivalnya beberapa hari lagi. 
Pada malam jum'at saya main ke rumah teman, baru pulang  kir-kira jam 22:00. Sesampainya di kos saya kaget, karena bang tedy tetangga rumah saya sudah ada dikos saya. Dengan hati kawatir dan tidak tenang, saya sapa dan bertanya padanya tentang kedatangannya kesini, tapi dia hanya bilang : "abang kesini jemput kamu, sekarang juga ikut abang pulang, ini tentang ibumu". Saya Tanya lagi, kenapa ibu saya, tapi beliau tidak mau beri tahu, hanya bilang "pokoknya kamu ikut abang pulang sekarang". Tanpa banyak berfikir lagi saya pun ikut pulang dengannya. Karena buru-buru pamit ke ibu kos pun tidak sempat waktu itu, akhirnya dengan sepeda motornya kami berangkat pulang. Di jalan hati saya benar-benar tidak tenang, kawatir, takut, sedih membaur menjadi satu. Saya tidak tahu apa yang terjadi. Karena dijemput secara mendadak dan tidak diberi tahu apa yang terjadi, membuat saya berfikir kalau ibu saya sudah meninggal dan bang tedy sengaja tidak memberi tahu karena takut saya panik dan tidak bisa mengendalikan emosi, spontan akal saya menyimpulkan seperti itu. Saya semakin takut, tetapi dalam situasi itu saya pejamkan mata saya dan berdoa kepada Allah, "ya Allah jangan jemput ibu saya, saya belum siap kehilangannya". Sepanjang jalan saya terus berdoa tanpa henti. Hampir sampai di persimpangan rumah, disitu puncak dari rasa takut saya,  karena bila sudah sampai dipersimpangan itu, rumah saya sudah kelihatan, semua yang sudah saya simpulkan dan semua kekawatiran saya akan terjawab setelah sampai dipersimpangan yang hanya tinggal beberapa meter itu. Jika didepan rumah saya ada bendera merah berarti ibu saya sudah meninggal bila belum ada bendera merah berarti ibu saya belum meninggal. Itulah yang sebentar lagi saya buktikan melalui persimpangan itu. Sungguh ini berat bagi saya waktu itu, tapi saya harus kuat, saya pejamkan lagi mata dengan penuh kesungguhan saya berbicara kepada Allah, " ya Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayangナ aku berserah diri kepadaMu, aku ikhlas dengan segala ketetapanMu, terjadilah apa yang Kau inginkan terjadi, aku ingin melihatnya. Aamiin.". dengan ucapan Bissmillaahirrohmaanirrohim saya buka mata, saya pandang kearah rumah. Ternyata belum ada bendera merah, saya bersyukur dan berterimakasih Allah belum menjemput ibu saya, itu yang terfikir saat saya tidak melihat bendera merah terpasang didepan rumah. Hati saya sedikit tenang. 
Akhirnya kami sampai dirumah, dan memang ibu saya belum meninggal, tapi rumah sudah banyak tetangga, saya masuk kerumah, saya lihat ibu sudah terbaring lemah tak berdaya, tak lagi bisa berbicara, matanya memandang sayu seakan tak mampu berlama-lama membukanya. Saya pegang tangannya, saya pandang matanya, kenapa ini bisa terjadi, padahal seminggu yang lewat dia sudah mulai pulih, bahkan sudah bisa berjalan, tapi mengapa sekarang begini ?, saya tak sanggup menahan air mata, saya menangis, sedih melihat keadaannya. Dia sepertinya ingin mengatan sesuatu tapi tak sepatah pun kata yang keluar dari mulutnya, dia tak lagi bisa bicara. Dia hanya pegang kepala saya lalu memandang saya, saya melihat airmatanya menetes, seakan matanya berbicara "jaga dirimu baik-baik nak, mungkin umur ibu tidak panjang lagi". Ya Allah berat cobaan yang kau berikan, aku mohon sembuhkan lah ibuku, kembalikan lah kesehatannya, aku mohon ya Allah, sungguh dia sangat berarti bagiku, dia tempatku mengadu, dia tempatku bercerita, jangan ambil dia, aku menyayanginya, ambil saja aku untuk menggantikan dirinya. Kata-kata itu terucap dalam hati saya. 
Keadaan ibu yang sudah sangat parah membuat keluarga hampir pasrah, tapi kami tidak boleh pasrah begitu saja, dengan segala kemampuan yang ada keesokan harinya kami membawa ibu kerumah sakit lagi,  sampai dirumah sakit, dokter langsung menangani. Disitu tak menunjukkan keadaannya menjadi lebih baik, bahkan terbaring tak sadarkan diri dengan nafas yang terengah-engah. Kali ini kami hanya bisa pasrah, hanya ini yang bisa kami lakukan, ayah sudah cari pinjaman uang kemana-mana. Malam itu saya selesai shalat isya saya berdoa lagi : "ya Allahナ berikanlah yang terbaik untuk ibukuナ jika menjemputnya adalah yang terbaik bagiMu, maka jemputlah dia, hambamu ini tak sanggup melihat dia merintih menahan sakit yang tak kunjung usai ya Allahナ hamba ikhlas, aamiin.".
Keesokkan paginya tanggal 12 april 2004, dokter yang menangani ibu saya menyatakan tidak sanggup, fasilitas rumah sakit yang tidak lengkap mengharuskan ibu saya harus dirujuk kerumah sakit yang lebih lengkap. Mereka menyarankan dibawa ke rumah sakit Pringadi Medan. Mereka mengatakan kondisi ibu saya sudah sangat parah, lambungnya sudah bocor, ususnya sudah banyak yang luka yang menyebabkan infeksi, kemungkinan ada tumor di kepala. Maafkan kami, kami sudah bekerja maksimal. Dari rumah sakit ibu saya dirawat ke rumah sakit Pringadi Medan jaraknya jauh sekitar 2 jam perjalanan, lalu saya bertanya, "dok, apakah ibu saya masih sanggup di rujuk kesana ?",  dokter mengatakan : "kecil sekali kemungkinan, karena kondisi pasien sudah sangat lemah, tapi semuanya kami serahkan kepada keluarga". Saya tahu rumah sakit hanya membantu, semua Allah lah yang menentukan, tapi kami tidak boleh pasrah. Kami sudah tidak mampu lagi dengan biaya, apa yang harus kami lakukan, akhirnya ada yang menyarankan kami meminta surat keterangan tidak mampu ke kepala desa, itu satu-satu usaha yang bisa dilakukan, ayah saya bergegas kembali kerumah untuk mengurus segala sesuatunya, saya dengan buk sam dan buk andak (adik dari ibu saya ) menunggu dirumah sakit, putra abang saya waktu itu sedang dalam perjalanan pulang dari pekanbaru. Pagi itu saya mohon izin pergi kesekolah sebentar untuk memberi tahu sekolah bahwa saya minta izin libur sekolah untuk merawat orangtua saya, karena saya tahu jika ibu saya dirujuk maka saya akan lama tidak masuk sekolah. Akhirnya kira-kira pukul 09:30 saya berangkat kesekolah. Sampai disekolah saya temui wali kelas saya dan menjelaskan semuanya, dia memaklumi dan mendoakan agar orangtua saya lekas sembuh. Saya pun kembali kerumah sakit, pukul 11:00 saya sampai dirumah sakit. Betapa terkejutnya saya melihat kedua ibuk saya sedang menangis, dia langsung memeluk saya, disitu dokter dan para suster sudah berada disamping ibu saya  untuk membantu dengan segala kemampuan dan peralatan yang ada. Ibu saya sekarat, dimonitor saya lihat detak jantungnya hanya tinggal satu-satu. Saya kuatkan diri saya, saya ucapkan dua kalimat syhadat ditelinganya berulang-ulang. Kedua adik dari ibu saya berada disamping saya, mereka menangis tapi saya tegar waktu itu. Tak lama berselang seorang dokter disitu memegang pundak saya, dan mengatakan, " yang sabar nak, kuat kan hatimuナ sekarang kita hanya bisa berserah kepada Tuhanナ, bacakan terus syahadat di telinganya". Saya bertanya padanya "apakah ibu saya akan meninggal dok ?", dia hanya diam sambil memegang pundak saya. Saya terus bacakan syahadat di telinga ibu saya. akhirnya pada hari senin, tanggal 12 april 2004, pukul 11:30, ibu saya menghembuskan nafas terakhir. Innalillahi wa innalillahi rojiun, selamat jalan ibu, semoga Allah menempatkanmu ditempat terindah disisiNya. Maafkan anakmu ini yang tak sempat membahagiakanmu, maafkan ナ maafkan, kau wanita paling tegar, kau wanita paling tabah, kau wanita paling kuat, kau wanita luar biasa, kau berjuang tanpa lelah demi anak-anakmu. Terimakasih ibu yang telah melahirkanku, terimakasih ibu yang telah membesarkanku, terimakasih ibu yang telah menjagaku siang dan malam disaat aku kecil, terimaksih ibu yang telah memberikan panutan yang baik dengan sikap-sikapmu yang lembut, terimakasih ibu yang telah menjadi orang paling mengerti akan diriku, aku takkan pernah sanggup membalas semua jasa-jasamuナ
Terimakasih Allahナ Kau telah berikan seorang ibu yang sangat luar biasa, aku tahu kehendakMu adalah yang terbaik, Kau lebih menyayanginya dari pada aku, tempatkan dia ditempat terindah disisiMu ya Allah, ampunkan segala dosa-dosanya, hambamu ini ikhlas menerima semua yang telah menjadi ketetapanMu ya Allahナ Aamiin.
selamat jalan ibuナ aku yakin Allah menjagamu disanaナ menempatkanmu di syurgaNya yang maha indah, do'a ku selalu menyertaimu selamanya ナ
Pada saat itu saya tegar, saya kuat. Saya melihat matanya sedikit terbuka dan ada air mata yang jatuh dikedua matanya. Saya usap wajahnya dengan tangan saya dan matanya pun tertutup. Saya langsung menelfon kerumah, untuk mengabari berita duka ini agar segala sesuatunya dipersiapkan, Ayah saya sedang perjalanan kerumah sakit tapi setelah mendengar kabar ini beliau kembali kerumah dan menunggu disana. Setelah mengabari ke rumah, kami pun mempersiapkan kepulangan jenazah ibu saya, ambulan sudah didepan pintu rumah sakit, dan kami bertiga, kedua adik ibu saya dan saya dibantu oleh tim rumah sakit menggotong ibu saya kedalam ambulan. Setelah semua administrasi diselesaikan kami pun berangkat pulang ikut bersama ambulan. Dijalan kedua ibuk saya terus menangis sedangkan saya masih masih tegar, saya pandangi wajahnya saya terus berdoa agar Allah melapangkan kuburnya, menerima semua amal ibadahnya. Setelah hampir sampai kerumah, serinai ambulan dihidupkan, para tetangga melihat keluar, di ujung sana terlihat rumah saya sudah ramai didatangi oleh warga sekitar, saya tidak tahu apa yang terjadi. serinai ambulan, suara tangisan, orang ramai, saya seperti baru tersadar jika ini adalah sebuah kenyataan. Ibu saya meninggal, saya tidak percayaナ jiwa saya bergetarナ disitu saya tidak bisa menahan air mata, saya menangis, sedih sekali rasanya, saya pegang  jenazahnya, saya panggil-panggil terus ナ ibuナ ibuナ, kenapa ini terjadiナ oh.. ini pasti mimpiナ masih sulit mempercayai ini semua. Sampai dirumah ketika jenazah ibu saya diturunkan dari ambulan, mereka semua menagis, nenek saya pingsan, ayah saya begitu sedihnya, emosi saya tak terkendali, saya menjerit, saya tidak terima ini terjadi, teman-teman saya menenangkan, memeluk saya, menyuruh saya agar bersabar, ini sudah kehendak yang Maha Kuasa, kita harus ikhlas menerimanya, begitu yang mereka katakan. 

be continue ...

14 Juni 2013

Kasih Orang Tua

Suatu hari, seorang ayah sedang duduk di teras depan. Lalu anaknya yang sudah menginjak usia dewasa datang menghampiri, “Pak, beli motor yah?”, pintanya.
Ayah tak menjawab, hanya diam dan mengusap kepalaku. Tak ada jawaban, ia pun pergi meninggalkan ayahnya.

Tiga hari kemudian, dia kembali lagi.

“Ayah, sekarang ade banyak sekali kerjaan yah. Coba deh ayah bayangin, bolak – balik kampus, udah gitu harus ngajar disekolah yang jauh, naek angkot sekitar 45 menit”, tuturnya.
“trus?”, balas Ayahanda tercinta.
“hemm, jadi kadang kakiku pegel yah, trus kalo di angkot suka ketiduran, eh malah sakit leher. Kayaknya kalo punya kendaraan sendiri, gak kan pegel-pegel deh yah?”, jelasnya.

Seperti biasa, ayah tak menjawab. Pelan, dengan penuh sayang ia belai anak tercintanya itu. Merasa tidak puas, ia pun pergi meninggalkan ayahanda tercinta.

Puisi

Coretan Pikiran & Imajinasiku 
By : Dedi Gunawan Ginting 


Malam

Dalam malam yang menyimpan ribuan rahasia
Dalam malam yang menyimpan ribuan cerita
Yang didalamnya terdapat misteri tak terungkapkan.
Dalam purnama yg bersinar terang, dalam bintang2 yg menyaksikan
Saat jalanan sunyi membawa kita kepada perjalanan tak terlupakan,
Dalam ruangan yang menanti fajar, dalam air terjun yang meyejukkan,
Saat arloji besar itu menyaksikan dari belakang,
Saat perahu kertas yang tak sempat kita layarkan...
Dalam setiap sudut kota yang terukir namamu dan namaku.
Aku berhenti sejenak, setiap pilihan harus beralasan.

25

Malam itu gelap, tapi menjadi terang karena kehadiranmu
Malam itu sunyi, tapi menjadi ramai karena kehadiranmu
Malam itu menakutkan, tapi menjadi indah karena kehadiranmu
Dalam malam... aku kamu menyatukan kasih penuh cinta 
Dibawah siraman sinar purnama yang selalu setia menemani kita
Bintang pun tak beranjak dari tempatnya
Begitu indah kasih sayang yang dilihatnya
dan itu adalah kita...
Dukungan demi dukungan dari keadaan selalu mengiringi...
Seakan alam pun menginginkan kita satu...
Semakin meyakinkan ku bahwa tujuan itu adalah kamu... 
Dan kita adalah bahagia...

Gitar 
Berbagi cerita dengan nada-nada dawaimu...
Nikmat suaramu saat jariku menari ditubuhmu...
Selalu setia apa pun keadaanku...

Harapan yang Hilang
Kolam ini, gubuk ini, disini lagi aku kembali ...
Tapak-tapak keterpurukan yang telah pudar oleh ombak harapan,
Kini terinjak kembali ...

Tampak jelas dihamparan pasir pantai jiwa ...
Gemercik air, hembusan angin jangan kau padamkan api kecil itu,
Biar dia hidupkan semua lilin2,

Tapi nyatanya api kecil itu pergi
Meninggalkan lilin-lilin yang telah padam...

Aku menyayangimu

Kisah Pemuda Shaleh yang Mempunyai Orang Tua Babi

Sebuah kisah inspiratif dari seorang pemuda yang soleh pada zaman nabi Musa AS yang berbakti kepada kedua orang tuanya

Nabi Musa adalah satu-satunya Nabi yang bisa berbicara dengan Allah SWT setiap kali dia hendak bermunajat, Nabi Musa akan naik ke Bukit Tursina. Di atas bukit itulah dia akan berbicara dengan Allah. Nabi Musa sering bertanya dan Allah akan menjawab pada waktu itu juga. Inilah keistimewaan Nabi Musa yang tidak ada pada nabi-nabi lain. 

Suatu hari Nabi Musa bertanya kepada Allah. “Ya Allah, 
siapakah orang di surga nanti yang akan bersama denganku?”.